TOBA LAKE
Once upon a time, there was a fisherman living in North Sumatra.
One day, while he was fishing in a river, a big fish was nailed. This
fish had gold color all over it body. It was beautiful. The fisherman was very
excited. He imagined a delicious dinner he would have. Soon he put the fish in
his basket and went home happily.
When the fisherman got home, he put the fish in a sink. He took a knife
to kill the fish. However, when he almost killed it, he saw the fish’s eyes and
felt pity. So, he took the knife away and put the fish in a washbasin. Then, he
added some water in it. “Don’t worry, I wouldn’t kill you,” the fisherman said
to the fish.
The fisherman went fishing again, but this time he couldn’t get any
fish. He went home with nothing in his hand. He was starving and walked home
slouching. He was surprised when he saw smoke came out from his kitchen.
“Who is cooking in my kitchen?” he confused.
He peeped in and was surprised knowing that there was a beautiful girl
cooking in the kitchen. “Who is the girl in my kitchen?” he murmured.
The fisherman entered the room. “Who are you?” he asked the girl.
“I’m the fish,” the girl said.
The fisherman looked into the washbasin and saw nothing in it.
“The fish?” he asked incredulous.
“Yes, you didn’t kill me and I’m very thankful. I will return your
kindness,” the girl said.
“That’s alright. I didn’t ask any return,” said the fisherman.
“But I have to,” the girl insisted.
“Well, I live alone. I don’t have a family. If you want to be my wife,
I will be very happy,” the fisherman asked the girl.
The girl smiled and said “I’d love to, but you have to promise me that
if we have a kid, you won’t tell him about me.”
And so, the fisherman and the fish girl were married. And then they had
a child called Samo. Samo was very naughty. He always played and never helped
his parents.
One day, Samo’s mother asked him to deliver lunch to his father. On his
way, he met his friends and forgot to deliver his father’s lunch. Samo played
with his friends. When he was tired and hungry, he took a rest under a tree and
ate his father’s lunch.
Meanwhile, his father waited for him starving and tired. His father
went home and saw Samo played. “Whwre is my lunch?”he asked.
“Umm .. mm .. I ate it,” Samo said. He looked afraid.
“Why did you eat it?” his father asked.
“Umm .. mm .. I was hungry after playing with my friends,” Samo said.
“You were asked to deliver my lunch but you didn’t do it,” said his
father furiously. “I can’t handle you anymore. You are very naughty. Go away
and don’t come back home!” his father yelled and evicted Samo from his house.
His father said the words that he wouldn’t suppose to say. “You .. fish’s son.”
Suddenly, the sky got dark, and the storm was rumbling. The rain felt
from the sky like a huge hose sprayed water all over the place. Water also came
out from the earth and got harder.
Samo’s mother was very sad. “I told you not to tell him about me,” she
said to her husband. “Now I’m going bak to be a fish again. Goodbye.” She
magically turned into a gold fish and jumped into the water, disappeared. Very
soon the village was drowned and it formed a lake. Meanwhile, Samo ran to the
hill and stayed there. The hill was surrounded by the water.
Now, the lake was known as Lake Toba. The words Toba comes from tuba which means no mercy. The hill in
the middle of the lake is called Samosir Island. Samosir means ‘Samo diusir’ or in English ‘Samo who had
been evicted’.
DANAU
TOBA
Pada zaman dahulu, hiduplah seorang nelayan di Sumatra Utara. Suatu
hari sementara ia memancing di sungai, seekor ikan besar terpancing. Ikan ini
berwarna emas di seluruh tubuhnya. Dia sangat cantik. Nelayan sangat senang.
Dia telah membayangkan makan malam enak yang akan ia dapatkan. Dia segera memasukkan ikan ke dalam keranjangnya dan
pulang dengan gembira.
Ketika nelayan pulang, ia memasukkan ikan ke dalam sebuah baskom. Ia
mengambil sebuah pisau untuk membunuh ikan. Bagaimanapun, ketika ia hampir membunuhnya,
ia melihat mata ikan dan merasa kasihan. Jadi, ia mengambil pisau itu kembali
dan memasukkan ikan ke dalam baskom. Lalu, ia menambahkan sedikit air ke
dalamnya. “Jangan khawatir, aku tidak akan membunuhmu,” nelayan berkata kepada
ikan.
Nelayan pergi memancing lagi, namun kali ini ia tidak mendapatkan ikan.
Ia pulang dengan tangan kosong. Ia kelaparan dan berjalan pulang dengan pelan.
Ia terkejut ketika ia melihat asap keluar dari dapurnya.
“Siapa yang memasak di dapurku?” ia bingung.
Ia mengintip ke dalam dan terkejut setelah tau bahwa ada seorang gadis
cantik sedang memasak di dapurnya. “Siapa gadis di dapurku?” ia berbisik.
Nelayan masuk ke dalam ruangan. “siapa kamu?” ia bertanya pada gadis.
“Saya ikan,” gadis itu berkata.
Nelayan melihat ke baskom dan tidak melihat apapun di dalamnya.
“Ikan?” ia bertanya karena tidak masuk akal.
“Ya. Kamu tidak membunuhku dan aku sangat berterimakasih. Aku akan
membalas kebaikanmu,” gadis itu berkata.
“Tidak mengapa. Aku tidak meminta balasan apapun,” kata nelayan.
“Tapi aku harus,” gadis itu menuntut.
“Baik, aku tinggal sendiri. Aku tidak mempunyai keluarga. Jika kamu mau
menjadi istriku, aku akan sangat senang.” Nelayan meminta kepada gadis.
Gadis itu tersenyum dan berkata “aku juga mencintaimu, tapi kamu harus
berjanji padaku bahwa jika kita memiliki seorang anak, kamu tidak akan mengatakan
padanya tentang aku.”
Dan lalu, nelayan dan gadis ikan menikah. Dan lalu mereka memiliki
seorang anak yang bernama Samo. Samo sangat nakal. Ia selalu bermain dan tidak
pernah membantu orangtuanya.
Suatu hari, ibu Samo memintanya untuk mengantarkan makan siang kepada
ayahnya. Di perjalanan, ia bertemu dengan teman - temannya dan lupa untuk
mengantar makan siang ayahnya. Samo bermain dengan teman - temannya. Ketika ia
lelah dan lapar, ia istirahat di bawah sebuah pohon dan memakan makan siang
ayahnya.
Sementara itu, ayahnya menunggu sambil kelaparan dan lelah. Ayahnya
pulang dan melihat Samo bermain. “Di mana makan siangku?” ia bertanya.
“Umm .. mm .. saya memakannya,” Samo berkata, ia terlihat ketakutan.
“Mengapa kamu memakannya?” ayahnya bertanya.
“Umm .. mm .. saya lapar setelah bermain bersama teman - teman saya,”
kata Samo.
“kamu telah diminta untuk mengantarkan makan siangku tapi kamu tidak
melakukannya,” kata ayahnya dengan geram. Aku tidak dapat menanganimu
lagi. Kamu sangat nakal. Pergi dan jangan
kembali ke rumah!” ayahnya berteriak dan mengusir Samo dari rumahnya. Ayahnya mengucapkan
kata - kata yang tidak seharusnya di ucapkan. “Kamu .. anak ikan.”
Tiba - tiba, langit menjadi gelap, dan petir bergemuruh. Hujan turun
dari langit seperti pipa air yang menyemproykan air ke segala tempat. Air juga
keluar dari bumi dan semakin kuat.
Ibu Samo sangat sedih. “saya beritahukan kapadamu agar tidak berkata
tentangku,” katanya kepada suaminya. “Sekarang aku akan kambali menjadi ikan.
Selamat tinggal.” Ia berubah secara ajaib menjadi ikan emas dan melompat ke
air, menghilang. Dengan segera desa itu tenggelam dan berubah menjadi sebuah
danau. Sementara itu , Samo lari ke bukit dan tinggal di sana. Bukit itu
dikelilingi oleh air.
Sekarang danau itu dikenal sebagai Danau Toba. Kata Toba berasal dari tuba yang berarti tidak kasihan. Bukit di tengah danau bernama
Pulau Samosir. Samosir berarti ‘Samo
diusir’ atau dalam bahasa Inggris ‘Samo who had been evicted’.
0 komentar:
Posting Komentar